Minggu, 16 November 2014

Persepsi Dalam Organisasi

        Persepsi adalah proses dari seseorang dalam memahai lingkunganny yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologis. Individu menggunakan individu menggunakan panca indera untuk mengenal lingkungan: pandangan, sentuhan, pendengaran pengecapan, dan pembauan. Mengorganisasikan informasi dari lingkungan berarti dinamakan persepsi. Persepsi membantu individu dalam memilih, mengatur, , menyimpan, dan menginterpretasikan rangsangan menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti.
        Oleh karena persepsi berperan dalam cara memperoleh pengetahuan khusus tentang objek atau kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi ketika rangsangan mengaktifkan indera. Karena persepsi melibatkan kognisi (pengetahuan) ini termasuk interpretasi objek, simbol-simbol, dan orang-orang dengan pengalaman yang relevan. Dengan kata lain, persepsi berperan dalam penerimaan rangsangan, mengaturnya, dan menerjemahkan atau menginterpretasikan rangsangan yang sudah teratur itu, untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap.
        Setiap orang memilih berbagai petunjuk yang mempengaruhi persepsinya terhadap orang, obyek, dan simbol. Karena faktor ini dan ketidakseimbangan mereka, orang seringkali salah persepsi terhadap orang, kelompok, atau obyek lain. Pada pertimbangan tertentu, orang menginterpretasikan perilaku orang lain dalam konteks dirinya sendiri (Gibson, dkk, 1996:133).
        Persepsi merupakan proses pemberian arti oleh seseorang terhadap lingkungan. Persepsi meliputi penafsiran terhadap suatu objek dari sudut pandang atau pengalaman orang yang bersangkutan. Persepsi juga merupakan suatu sikap, perasaan orang atau orang-orang (kelompok) terhadap orang, orang-orang (kelompok) atau golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan, yang berlainan denga golongan orang yang dipersepsi itu. Pada mulanya persepsi hanya merupakan sikap dan perasaan negatif, tetapi selanjutnya dapat berubah menjadi berbagai tindakan negatif atau diskriminatif terhadap seseorang atau kelompok yang termasuk golongan atau kelompok yang dipersepsi. Tindakan-tindakan itu tidak didasarkan pada alasan-alasan yang objektif atas pribadi orang (kelompok) yang dikenai tindakan tadi.
        Tindakan negatif atau diskriminatif terhadap seseorang (kelompok) tanpa berdasarkan suatu alas an yang obkektif, dan membenarkan akan tindakan-tindakan tersebut, menunjukkan adanya persepsi pada orang, orang-orang (kelompok) yang melakukan tindakan demikian (Wursanto, 2003:289).
        Menurut Wursanto (2003:290) tindakan negatif atau diskriminatif yang didasarkan atas persepsi tidak hanya merugikan orang lain yang dipersepsi, tetapi juga merugikan organisasi karena potensi perkembangan individu dan potensi perkembangan organisasi dapat terhambat. Kerugian itu meliputi:

  1. Organisasi secara keseluruhan dapat dirugikan, karena potensi yang ada tidak dapat dikembangkan demi kemajuan organisasi.
  2. Tindakan negatif dan tindakan diskriminatif terhadap orang, kelompok, golongan, memang dapat menguntungkan golongan lain, tetapi dapat merugikan organisasi secara keseluruhan.
  3. Tindakan negatif atau diskriminatif dapat menimbulkan konflik berkepanjangan, dan sulit untuk meredakannya serta memerlukan waktu lama.
  4. Tindakan negative atau diskriminatif dapat menimbulkan berbagai macam hambatan dalam pergaulan, sehinnga memunculkan perpecahan antar individu, antar kelompok, atau antar golongan.
  5. Tindakn negative atau diskriminatif dapat digunakan sebagai kompensasi yang bersifat negative dari frustasi yang dialami seseorang, yang tampak dalam tindakan-tindakan agresif terhadap golongan tertentu yang menjadi sasarannya. Tindakan yang merupakan pelepasan dari frustasi yang dialami oleh seseorang sering disebut dengan istilah outlet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar