Minggu, 16 November 2014

Perilaku Organisasi Yang Berkaitan Dengan Akuntansi


      Semua orang berhak menjadi apa yang dia inginkan, semua orang memiliki tujuan hidup yang ingin dicapai didalam hidupnya masing-masing. Menjadi orang "HEBAT" adalah keinginan setiap orang. Proses hidup orang akan mengantar kemana dia akan pergi.


      Perilaku organisasi sangat penting, karena setiap pemimpin harus tau apa itu organisasi dan bagaimana memimpin sebuah organisasi haruslah diketahua oleh seorang pemimpin. Sebagai mahasiswa menurut saya sikap sebagai seorang pemimpin sangat penting maka dari itu prilaku seseorang itu berguna didalam berorganisasi. Tantangan hidup zaman ini sangatlah "keras dan menantang" setiap orang harus mampu menonjolkan apa yang menjadi "Potensi dan Passion" yang dimiliki.



      Apakah kita sudah berada diposisi yang kita inginkan....?
Pertanyaan yang sederhana tapi banyak orang yang masih ragu, apakah saya kuliah dijurusan yang sudah atau memang saya inginkan dan memang itu adalah hobi saya..?. Sebagai mahasiswa kita sudah harus tahu posisi kita saat ini. Akan jadi apa kita nanti..?. Jika menjadi seorang akuntan di sebuah perusahaan adalah target yang sudah saya miliki sejak dulu, makan kita juga harus tahu apa yang harus kita kerjakan untuk mewujudkanya.



      "Semua Orang Bisa Hebat" itu adalah kata-kata yang saya ingat ketika mata kuliah perdana Prilaku Keorganisasian, menurut saya itu memang benar tapi menurut saya, Apakah semua orang mau menjadi "HEBAT"....???
      Banyak orang yang ingin menjadi hebat tapi prilaku yang ditunjukan tidak mencerminkan tujuanya. Memang sangat mudah untuk mengatakanya tapi sulit untuk melakukanya. Menjadi orang hebat tisaklah mudah, kita harus memiliki "Nilai Lebih" dan jangan hanya bisa meniru dan mengikuti apa yang terjadi disekitar kita karena dengan begitu kita hanya menjadi "follower'. Kita harus mampu menjadi faktor perubah disekitar kita karena itu adalah hal yang sangat sulit dilakukan. Dizaman yang sudah semakin maju dimana teknologi menjadi hal itama dalam kehidupan manausia, sehingga membuat kita sulit untuk berkembang karena terlalu nyaman dengan kondisi yang ada.



      Berfikirlah Kritis dan Resposiflah terhadap setiap perubahan, karena itulah yang membuat anda tetap bertahan. Inovatif dan Kretif sangat penting untuk menciptakan trend baru dan menjadi faktor perubah.



      Perubahan akan selalu terjadi setiap saat, oleh karena itu bersipalah selalu untuk menghadapi perubahan tersebut. Tetaplah pada tujuan yang sudah menjadi target hidup anda, karena itulaj yang akan mendorong kita untuk selalu berusaha semaksimal mungkin memberikan yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Pegang teguh Prinsip yang ada dalaam diri anda, karena akan membantu anda menjadi orang yang berpendirian dan tidak mudah diintervensi oleh orang lain. 

Pandangan dan Pentingnya Motivasi Dalam Organisasi

                Motivasi seperti yang telah disebutkan diatas, akan mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahannya, yang selanjutnya akan menentukan efektifitas manajer. Ada dua factor yang mempengaruhi tingkat prestasi seseorang, yaitu kemampuaan individu dan pemahaman tentang perilaku untuk mencapai prestasi yang maksimal disebut prestasi peranan. Dimana antara motivasi, kemampuan dan presepsi peranan merupakan satu kesatuan yang saling berinteraksi.
Sumber motivasi:
  1.   Motivasi Internal yaitu motivasi dari dalam diri, dari perasaan dan pikiran diri sendiri, tidak perlu adanya rangsangan dari luar. Orang yang memiliki motivasi internal, akan memandang dirinya secara positif. Sebagai contoh, seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa adanya motivasi dari luar dirinya dan bila ditinjau dari segi tujuan kegiatannya, orang tersebut ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri, misal karena ingin mendapatkan pengetahuan, bukan karena tujuan yang lain.
  2. Motivasi eksternal yaitu motivasi dari luar atau mendapatkan rangsangan dari luar. Sebagai contoh, motivasi seseorang timbul karena dari bacaan yang memotivasi, lingkungan, atau dari kehidupan keseharian. Sehingga bila ditinjau dari segi tujuannya orang tersebut tidak langsung terjun didalam apa yang dilakukannya. Hal ini sangat diperlukan bagi orang yang tidak memiliki motivasi internal.

        Dari hal yang telah disebutkan di atas, maka motivasi tidak hanya timbul dari dalam diri kita secara sendirinya tetapi dapat ditimbulkan oleh faktor luar atau rangsangan luar. Dan motivasi yang terdapat dalam diri saya lebih kepada motivasi eksternal. Motivasi tersebut timbul tidak dari diri saya tetapi ditimbulkan oleh faktor luar seperti termotivasi untuk mendapatkan hasil atau nilai yang baik, dari dukungan orang tua, dan meraih cita-cita yang diinginkan. Namun tak selamanya motivasi eksternal itu timbul, sehingga kita perlu menumbuhkan motivasi internal dalam diri kita. Dan berikut tips untuk menumbuhkan motivasi secara internal:
  • Menciptakan Imbalan. Kalau kita melakukan sesuatu(A), misal belajar maka akan mendapatkan hasil atau IPK yang tinggi. Dengan begitu diri kita akan termotivasi untuk melakukan sesuatu yang berguna(A).
  • Ambil selalu langkah kecil. Terkadang untuk mendapatkan sesuatu yang besar perlu langkah-langkah kecil.
  • Menciptakan Kesusahan. Hal ini merupakan kebalikan dari yang pertama. misalnya kalau kita tidak melakukan sesuatu (B), misal belajar, maka kita tidak akan mendapatkan IPK yang tinggi. Tentu kita akan termotivasi untuk melakukan tindakan ini(B).
  • Susun Rencana beserta langkah-langkahnya. Dengan memiliki rencana, kita seolah-olah punya alur dan plot menuju tujuan secara teratur. Secara tidak langsung ini akan memotivasi dalam mencapai tujuan.


        Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan sesuatu dorongan yang akan membuat kita selalu semangat dalam melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan. Misal, seorang suami bekerja keras mencari uang demi memberi makan keluarganya. Tanpa adanya motivasi, cita-cita atau tujuan yang kita targetkan akan sulit terwujudkan karena kurangnya semangat dalam mencapai tujuan tersebut. Dan dengan memiliki motivasi yang kuat, kita akan akan memiliki apresiasi dan penghargaan yang tinggi terhadap diri dan hidup ini, sehingga tidak ada keraguan dalam mencapai tujuan atau cita-cita kita.

Persepsi Dalam Organisasi

        Persepsi adalah proses dari seseorang dalam memahai lingkunganny yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologis. Individu menggunakan individu menggunakan panca indera untuk mengenal lingkungan: pandangan, sentuhan, pendengaran pengecapan, dan pembauan. Mengorganisasikan informasi dari lingkungan berarti dinamakan persepsi. Persepsi membantu individu dalam memilih, mengatur, , menyimpan, dan menginterpretasikan rangsangan menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti.
        Oleh karena persepsi berperan dalam cara memperoleh pengetahuan khusus tentang objek atau kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi ketika rangsangan mengaktifkan indera. Karena persepsi melibatkan kognisi (pengetahuan) ini termasuk interpretasi objek, simbol-simbol, dan orang-orang dengan pengalaman yang relevan. Dengan kata lain, persepsi berperan dalam penerimaan rangsangan, mengaturnya, dan menerjemahkan atau menginterpretasikan rangsangan yang sudah teratur itu, untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap.
        Setiap orang memilih berbagai petunjuk yang mempengaruhi persepsinya terhadap orang, obyek, dan simbol. Karena faktor ini dan ketidakseimbangan mereka, orang seringkali salah persepsi terhadap orang, kelompok, atau obyek lain. Pada pertimbangan tertentu, orang menginterpretasikan perilaku orang lain dalam konteks dirinya sendiri (Gibson, dkk, 1996:133).
        Persepsi merupakan proses pemberian arti oleh seseorang terhadap lingkungan. Persepsi meliputi penafsiran terhadap suatu objek dari sudut pandang atau pengalaman orang yang bersangkutan. Persepsi juga merupakan suatu sikap, perasaan orang atau orang-orang (kelompok) terhadap orang, orang-orang (kelompok) atau golongan manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan, yang berlainan denga golongan orang yang dipersepsi itu. Pada mulanya persepsi hanya merupakan sikap dan perasaan negatif, tetapi selanjutnya dapat berubah menjadi berbagai tindakan negatif atau diskriminatif terhadap seseorang atau kelompok yang termasuk golongan atau kelompok yang dipersepsi. Tindakan-tindakan itu tidak didasarkan pada alasan-alasan yang objektif atas pribadi orang (kelompok) yang dikenai tindakan tadi.
        Tindakan negatif atau diskriminatif terhadap seseorang (kelompok) tanpa berdasarkan suatu alas an yang obkektif, dan membenarkan akan tindakan-tindakan tersebut, menunjukkan adanya persepsi pada orang, orang-orang (kelompok) yang melakukan tindakan demikian (Wursanto, 2003:289).
        Menurut Wursanto (2003:290) tindakan negatif atau diskriminatif yang didasarkan atas persepsi tidak hanya merugikan orang lain yang dipersepsi, tetapi juga merugikan organisasi karena potensi perkembangan individu dan potensi perkembangan organisasi dapat terhambat. Kerugian itu meliputi:

  1. Organisasi secara keseluruhan dapat dirugikan, karena potensi yang ada tidak dapat dikembangkan demi kemajuan organisasi.
  2. Tindakan negatif dan tindakan diskriminatif terhadap orang, kelompok, golongan, memang dapat menguntungkan golongan lain, tetapi dapat merugikan organisasi secara keseluruhan.
  3. Tindakan negatif atau diskriminatif dapat menimbulkan konflik berkepanjangan, dan sulit untuk meredakannya serta memerlukan waktu lama.
  4. Tindakan negative atau diskriminatif dapat menimbulkan berbagai macam hambatan dalam pergaulan, sehinnga memunculkan perpecahan antar individu, antar kelompok, atau antar golongan.
  5. Tindakn negative atau diskriminatif dapat digunakan sebagai kompensasi yang bersifat negative dari frustasi yang dialami seseorang, yang tampak dalam tindakan-tindakan agresif terhadap golongan tertentu yang menjadi sasarannya. Tindakan yang merupakan pelepasan dari frustasi yang dialami oleh seseorang sering disebut dengan istilah outlet.

Sabtu, 15 November 2014

Konflik Yang Terjadi Dalam Perusahaan


    Konflik pasti menjadi suatu hal yang wajar yang pernah dilalui oleh suatu perusahaan.  Mulai dari tingkat individu, kelompok, sampai unit. .Mulai dari derajat dan lingkup konflik yang kecil sampai yang besar. Yang relatif kecil seperti masalah adu mulut tentang pribadi antar karyawan, sampai yang relatif besar seperti beda pandangan tentang strategi bisnis di kalangan manajemen.  Contoh lainnya dari konflik yang relatif besar yakni antara karyawan dan manajemen.  Secara kasat mata kita bisa ikuti berita sehari-hari di berbagai media. Disitu tampak konflik dalam bentuk demonstrasi dan pemogokan.  Apakah hal itu karena tuntutan besarnya kompensasi, kesejahteraan, keadilan promosi karir, ataukah karena tuntutan hak asasi manusia karyawan.

     Konflik itu sendiri merupakan proses yang dimulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif atau akan segera mempengaruhi secara negatif. Faktor-faktor kondisi konflik (Robbins, Sthepen ,2003, Perilaku Organisasi):

  1. Harus dirasakan oleh pihak terkait.
  2. Merupakan masalah persepsi.
  3. Ada oposisi atau ketidakcocokan tujuan, perbedaan dalam penafsiran fakta, ketidaksepakatan pada pengharapan perilaku.
  4. Interaksi negatif-bersilangan.
  5. Ada peringkat konflik dari kekerasan sampai lunak.


          Menurut Baden Eunson (Conflict Management, 2007,diadaptasi), terdapat beragam jenis konflik:
  1. Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki,seperti antara manajemen puncak dan manajemen menengah, manajemen menengah dan penyelia, dan penyelia dan subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa bagaimana mengalokasi sumberdaya secara optimum, mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja organisasi, manajemen kompensasi dan karir.
  2. Konflik Horisontalyang terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat hirarki yang sama di dalam perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang perumusan tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan pemasaran.
  3. Konflik di antara staf liniyang terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas berbeda. Misalnya antara divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi pembelian mengganggap akan efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar dibanding sedikit-sedikit tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi keuangan menghendaki jumlah yang lebih kecil karena terbatasnya anggaran. Misal lainnya antara divisi produksi dan divisi pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan produk yang beragam sesuai permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya mampu memproduksi jumlah produksi secara terbatas karena langkanya sumberdaya manusia yang akhli dan teknologi yang tepat.
  4. Konflik peran  berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang. Konflik bisa terjadi antarkaryawan karena tidak lengkapnya uraian pekerjaan, pihak karyawan memiliki lebih dari seorang manajer, dan sistem koordinasi yang tidak jelas.